Selamat Datang Di Blog Alrinal Oktafiandi, WA: 082170390877 , Follow Instagram : @Alrinal_Oktafiandi

pesan pembuka

Kamis, 08 Maret 2018

SOP Rempelit & Pengambilan Sampel

PENGAMBILAN SPESIMEN URINE

Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.
 Jenis pengambilan sampel urine :
a.              Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
b.              Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
c.              Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

Hal-hal yang perlu di infeksi dalam pemeriksaan urine:
1.      Volume urine 
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan.
2.      Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
3.      Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
4.      Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urine itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar.
Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
5.      Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.

Proses Pengambilan Urine.
Persiapan alat
·         Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen)
·         Label spesimen
·         Sarung tangan sekali pakai
·         Larutan anti septik
·         Kapas sublimat
·         Formulir Laboratorium
·         Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
·         Baskom air hangat
·         Waslap
·         Sabun
·         Handuk

Prosedur plaksanaan
   o   Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
   o   Untuk klien yang dapat berjalan
-                    Antar klien ke kamar kecil
-                    Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan sabun dan air

Untuk klien wanita
Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas desinfektan steril hanya sekali pakai
  
Untuk klien laki – laki
-                    Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
-                    Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya sekali pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis

Untuk klien yang memerlukan bantuan
-                    Siapkan klien dan peralatannya
-                    Bersihkan daerah parineal dengan sabun kemudian keringkan
-                    Posisikan klien setegak mungkin jika di perbolehkan
-                    Buka peralatan, hati – hati jangan sampai mengontaminasi tempat sampel
-                    Pakai sarung tangan
-                    Bersihkan saluran kencing seperti yang dijelaskan di atas

      Ambil sampel dari klien yang tidak dapat berjalan atau ajarkan klien yang dapat berjalan bagaimana mengambil sampel.
-                    Perintah klien untuk BAK
-                    Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel, jangan sampai wadah tersentuh penis
-                    Ambil ± 30 – 60 ml urine di dalam wadah
-                    Tutup wadah sentuh hanya dalam luar wadah
-                    Jika perlu, bersihkan wadah dengan disinfektan
-                    Untuk pengambilan urine aliran tengah anjurkan, klien kencing dulu kemudian menahannya dan kencing kembali, lalu urine dimasukkan kedalam botol +_ 30 – 60 cc, kemudian klien di anjurkan mengeluarkan urine/ mengosongkan kandung kemih secara keseluruhan.




 Beri label pada botol dan bawa kelaboratorium
-                    Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada botol
-                    Usahakan agar spesiment dapat dibawa ke laboratorium secepatnya

 Catat data yang bersangkutan
-                    Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami klien selama pengambilan sampel

Spesimen kulit periodik(urine tampung)
-                    Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli wadah dengan identitas klien, kapan pengumpulan dimulai dan selesai.
-                    Guanakan tempat yang bersih untuk mengambil sampel
-                    Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam wadah dan disimpan wadah dari lemari pendingin. Jagalah sampel agar tidak terkontaminasi dengan kertas toilet atau feses.
-                    Pada akhir periode pengambilan, perintahkan klien untuk mengosongkan kantong kemih dan simpan urine sebagai bagian spesimen ,  bawa semua sampel ke laboratorium
-                    Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya serta hasil pengamatan lain terhadap urine

 Pengambilan spesimen urine dari kateter
-                    Gunakan sarung tangan sekali pakai
-                    Jika tidak ada urine dalam kateter , jepit tabung penampung selama +_ 30 menit.hal ini menyebabkan segera terkumpul di dalam kateter .
-                    Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan. Daerah penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari gelembung tabung untuk mencegah tertusuknya gelembung tersebut. Dengan menyucihamakan jarum , mikroorganisme akan menghilang pada pembukaan kateter. Jadi , cegahlah kontaminasi jarum dan masuknya mikroorganisme dalam kateter
-                    Masukkan jarum dengan sudut 30 – 450
-                    Lepaskan penjepit kateter
-                    Ambil sampel urin secukupnya ( 3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk analisis urine rutin)
-                    Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar wadah
-                    Buang jarum dan suntikkan kedalam tempat penampungan
-                    Tutup wadahnya
-                    Lepaskan sarung tangan , dan taruh pada tempat yang disediakan
-                    Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di lemari pendingin
-                    Catat dan dokumentasikan hasil spesimen dan pengamatan spesimen. 

Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.

-                    Punksi Suprapubik.
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
-                    Kateter.
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.
-                    Urin Porsi Tengah.
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negatif.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada wanita :
1.             Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2.             Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3.             Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4.             Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5.             Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :
1.              Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2.              Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3.              Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4.              Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5.              Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak lebih dari 24 jam.

PEMEKSISAAN REMPELIT


Sebuah tes tourniquet (juga dikenal sebagai Rumpel-Leede Kerapuhan kapiler-Test atau hanya tes kerapuhan kapiler) menentukan kapiler kerapuhan. Ini adalah metode diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Ia menilai kerapuhan dinding kapiler dan digunakan untuk mengidentifikasi trombositopenia(dengan pengurangan count platelet).
Pengujian ini didefinisikan oleh WHO sebagai salah satu syarat yang diperlukan untuk diagnosis DBD. Ketika manset tekanan darah dipacu ke titik antara tekanan darah sistolik dan diastolik selama lima menit, maka tes ini akan dinilai. Tes positif jika ada 10 atau lebih petechiae per inci persegi. Dalam DBD tes biasanya memberikan hasil positif yang pasti dengan 20 petechiae atau lebih.
Tes ini tidak memiliki spesifisitas tinggi. faktor Mengganggu dengan uji ini adalah perempuan yang pramenstruasi, postmenstrual dan tidak mengambil hormon, atau mereka dengan kulit rusak matahari, karena semua akan mengalami peningkatan kerapuhan kapiler.
Sebuah tourniquet tes positif di sisi kanan pasien dengan demam berdarah. Catatan : peningkatan jumlah petechiae .
Menurut WHO pada tes tourniquet dilakukan penghitungan jumlah petekie dalam daerah seluas 1 inci 2 (1 inci =  2,5 cm) dimana saja yang paling banyak petekienya termasuk  di bawah fosa cubiti dan bagian dorsal lengan dan tangan.  Dalam klinik untuk mempermudah penghitungan digunakan  plastik transparan dengan gambaran lingkaran beriameter 2,8  cm(10) atau bujur sangkar dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm. 






Dengan demikian lingkaran atau bujur sangkar tersebut dapat dengan mudah digeserkan di seluruh permukaan kulit dan dicari daerah di mana petekie paling banyak. Dalam menilai  kenaikan hematokrit harus diingat pula pengaruh adanya anemi, perdarahan dan pemberian terapi cairan dini. Untuk membuktikan adanya kebocoran plasma dapat pula dicari efusi pleura  pada pemeriksaan radiologik atau adanya hipoalbuminemi. Dalam pengalaman klinik ternyata tidak selalu semua kriteria  WHO tersebut dipenuhi. Hemokonsentrasi baru dapat dinilai setelah pemeriksaan serial hematokrit sehingga pada saat penderita pertama kali datang belum dapat ditentukan adanya hemokonsentrasi atau tidak.
Secara umum langkah-langkah tes tourniquet dapat dibagi dalam 3 tahap utama yaitu :
1.            Pra Analitik
a.              Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus
b.              Prinsip :
Terhadap kapiler diciptakan suasana anoksia dengan jalan membendung darah vena. Terhadap anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan kapiler bertahan. Jika ketahanan kapiler turun aan timbul petechie di kulit.
c.              Alat dan bahan :
·         Tensimeter dan stetoskop
·         Timer
·         Spidol
2.            Analitik
Cara kerja :
a.              Pasang manset tensimeter pada lengan atas. Carilah tekanan sistolik (TS) dan tekanan diastolik (TD).
b.              Buat lingkaran pada bagian volar lengan bawah :
·         Radius 3 cm
·         Titik pusat terletak 2 cm dibawah garis lipatan siku
c.              Pasang lagi tensimeter dan buatlah tekanan sebesar ½ x (TS + TD), pertahankan tekanan ini selama 5 menit.
d.             Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya petechie dalam lingkaran yang telah dibuat.

3.            Pasca Analitik
Nilai rujukan :
·            < 10                 :           normal (nagatif)
·            10 – 20            :           dubia (ragu-ragu)
·            > 20                 :           abnormal (positif)