Selamat Datang Di Blog Alrinal Oktafiandi, WA: 082170390877 , Follow Instagram : @Alrinal_Oktafiandi

pesan pembuka

Kamis, 08 Maret 2018

Laporan Pendahuluan CVP dan JVP


B A B  I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Central Venous Pressure yang juga dikenal dengan singkatan CVP atau kita sebut sebagai Tekanan Vena Sentral, pada beberapa penanganan kasus sangat diperlukan untuk mendukung diagnosa, mengetahui kondisi pasien, serta monitoring resusitasi. CVP adalah suatu hasil dari pengukuran tekanan vena sentral dengan jalan memasang suatu alat Central Venous Catheter atau yang dikenal dengan singkatan CVC. CVC tersebut dapat di pasang pada beberapa lokasi seperti pada vena jugularis interna, vena subklavia, vena basilika, vena femoralis. Dimana masing‐masing lokasi tersebut memiliki keuntungan dan kerugian dalam hal tingkat kesulitan pemasangan, resiko pemasangan, kenyamanan pasien, perawatan CVC, juga ketersediaan jenis CVC yang sesuai dengan lokasi pemasangan CVC tersebut.
Central Venous Catheter ini merupakan salah satu teknik yang bersifat invasif. Sehingga resiko‐resiko tindakan invasif secara umum, juga menjadi pertimbangan kita dalam melakukan pemasangan ataupun insersi CVC ini. Seperti pada kasus luka bakar, dimana area insersi terkena oleh luka bakar. Dimana insersi yang kita lakukan dapat menambah resiko terjadinya bakterimia. Sehingga kita harus lebih cermat dalam pemilihan lokasi insersi. Atau juga pada kasus dimana pasien sudah mengalami suatu gangguan koagulasi. Tindakan insersi CVC ini dapat mencetuskan suatu edema dilokasi insersi, serta perdarahan yang sulit diatasi.
Walaupun pada CVP yang kita nilai adalah suatu tekanan, dimana tekanan ini masih banyak faktor‐faktor lain yang menentukan selain volume, namun Central venous pressure   ini masih digunakan dalam hal mengestimasi kecukupan volume intravaskular. Meskipun saat ini sudah ada beberapa metode lain yang lebih tepat dalam hal pengukuran volume intravaskular seperti Stroke Volume Variation atau SVV, dengan menggunakan suatu alat khusus, tetap saja hal tersebut bersifat invasive dan biaya yang cukup besar. Apalagi bila kita melakukannya secara serial. Sehingga CVP masih diandalkan untuk mengestimasi kecukupan volume di intravascular.

B.     TUJUAN PENULISAN
-          Mengetahui ada tidaknya distensi vena jugular (JVD)
-          Memperkirakan tekanan vena sentral (central venous pressure)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI
Tekanan vena sentral (Central venous pressure, CVP) adalah tekanan intravaskular didalam vena cava torakal. Tekanan vena sentral menggambarkan banyaknya darah yang kembali ke dalam jantung dan kemampuan jantung untuk memompa darah kedalam sistem arterial. Perkiraan yang baik dari tekanan atrium kanan, yang mana merupakan faktor yang menentukan dari volume akhir diastolik ventrikel kanan. Tekanan vena sentral menggambarkan keseimbangan antara volume intravaskular, venous capacitance, dan fungsi ventrikel kanan.1 Prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke dalam vena sentral dalam rangka memberikan terapi melalui vena sentral.  Ujung dari kateter berada pada superior vena cava.
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah.  Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure).

Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O. Sementara menurut Sutanto  nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg

B.     PENEMPATAN VENA SENTRAL
Penempatan kateter vena sentral melalui vena jugularis interna, vena subklavia, vena jugularis eksternal, dan vena femoralis. Pada umumnya pemantauan dilakukan melalui vena subklavia.

C.    INDIKASI PEMANTAUAN VENA SENTRAL
Adapun indikasi dari pemasangan CVP antara lain:
1.      Pemantauan Tekanan Vena Sentral pada pasien akut. 
Hal ini memungkinkan pemberi perawatan untuk memiliki wawasan status keseimbangan cairan pasien.CVP tinggi akan menunjukkan overload cairan atau gagal jantung. CVP rendah akan menunjukkan tingkat dehidrasi atau kehilangan darah. Status cairan yang tepat hanya dapat dievaluasi dengan menghubungkan Hb, Jantung Berfungsi dan semua hasil lab lain dan sejarah klinis pasien.
2.      Jumlah total parenteral Gizi. 
Ketika pasien akut yang saluran pencernaan tidak mampu menyerap nutrisi maka tim pengobatan dapat memutuskan untuk memberikan nutrisi pasien. Hal ini disebut TPN dan TPN dapat diberikan secara aman hanya melalui jalur CVP atau garis sentral perifer dimasukkan (PICC). Umumnya TPN diberikan melalui kateter intravena pusat yang dimasukkan dalam vena subklavia atau jugularis. Pada bayi vena umbilical digunakan paling sering. Dasar pemikiran untuk menggunakan vena dalam yang besar adalah kenyataan bahwa TPN menyebabkan flebitis pada vena perifer karena mengandung komponen kaustik banyak. Contohnya termasuk Klorida Kalsium dan Potassium Klorida
3.      Obat
Obat-obat tertentu dapat diberikan secara aman hanya melalui saluran pusat. Oleh karena itu CVP mungkin dimasukkan untuk tujuan ini. Obat yang kemungkinan akan menyebabkan flebitis mencakup Agen kemoterapi digunakan dalam pengobatan dan pengelolaan kondisi ganas. 
4.      Kurangnya akses perifer. 
Pada beberapa pasien akut, ketika tidak ada akses vena perifer, kemudian garis CVP dapat dimasukkan. Hal ini biasanya dilakukan untuk tujuan re-hidrasi, administrasi administrasi pengobatan, produk darah dan darah.

D.    PERSIAPAN UNTUK PEMASANGAN CVP
a.       Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan lg ttg:
·         tujuan pemasangan,
·         daerah pemasangan, & prosedur yang akan dikerjakan
b.      Persiapan alat
        Kateter CVP
        Set CVP
        Spuit 2,5 cc
        Antiseptik
        Obat anaestesi local
        Sarung tangan steril
        Bengkok
        Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
        Plester
c.       Persiapan Alat Ukur
        Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
        Mengeluarkan udara dari selang infuse
        Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
        Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
        Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
        Mengeluarkan udara dari manometer line
        Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
        Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
d.      Cara Merangkai
        Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
        Mengeluarkan udara dari selang infuse
        Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
        Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
        Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
        Mengeluarkan udara dari manometer line
        Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
e.       Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
Langkah Pemasangan :
        Siapkan alat
        Lakukan cuci tangan steril
        Gunakan sarung tangan steril
        Tentukan daerah yang akan dipasang ; vena yang biasa digunakan sebagai tempat pemasangan adalah vena subklavia atau internal jugular.
        Posisikan pasien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena jugularis interna maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk mempermudah pemasangan.
        Lakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan antiseptic
        Pasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.
        Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya emboli udara, anjurkan pasien untuk bernafas dalam dan menahan nafas.
        Masukkan jarum / kateter secara gentle, ujung dari kateter harus tetap berada pada vena cava, jangan sampai masuk ke dalam jantung. Teknik pemasangan yang sering digunakan adalah teknik Seldinger, caranya adalah dengan menggunakan mandarin yang dimasukkan melalui jarum, jarum kemudian dilepaskan, dan kateter CVP dimasukkan melalui mandarin tersebut..  Jika kateter sudah mencapai atrium kanan, mandarin ditarik, dan terakhir kateter disambungkan pada IV set yang telah disiapkan dan lakukan penjahitan daerah insersi
        Setelah selesai pemasangan sambungkan dengan selang yang menghubungkan dengan IV set dan selang untuk mengukur CVP.
        Lakukan fiksasi / dressing  pada daerah pemasangan , agar posisi kateter terjaga dengan baik.
        Rapikan peralatan dan cuci tangan kembali
        Catat laporan pemasangan, termasuk respon klien ( tanda-tanda vital, kesadaran, dll ), lokasi pemasangan, petugas yang memasang, dan hasil pengukuran CVP serta cairan yang digunakan.
        Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto rontgent dadauntuk memastikan posisi ujung kateter yang dimasukkan, serta memastikan tidak adanya hemothorax atau pneumothorax sebagai akibat dari pemasangan.
        Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat pemasangan CVP adalah vena femoralis dan vena fossa antecubiti.
f.       Cara Pengukuran
        Mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala pengukur
        Letak jantung dapat ditentukan dengan cara membuat garis pertemuan antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan axilla
        Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi


E.     KONTRAINDIKASI PEMASANGAN CVP
·         Nyeri dan inflamasi pada area penusukan
·         Bekuan darah karena tertekuknya kateter
·         Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum lepas
·         Tromboplebitis
·         Microshock
·         Disritmia jantung
·         Pembedahan leher
·         Insersi kawat pacemaker

F.     KOMPLIKASI
Pemasangan CVP dapat mengakibatkan timbulnya beberapa hal antara lain :
1.      Perdarahan
2.      Erosi (pengikisan) vaskuler. Cirinya terjadi 1 sampai 7 hari setelah insersi kateter. Cairan iv atau darah terakumulasi di mediastinum atau rongga pleura
3.      Aritmia ventrikel atau supraventrikel
4.      Infeksi local atau sistemik. Biasanya kebanyakan kontaminasi mkrooorganisme seperti s. epidermidis, gram negative – positif basil, dan intrococcus
5.      Overload cairan.
6.      Pneumothoraks

G.    Pengukuran JVP ( Jugular Venous Pressure)
  1. Pengertian
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah.  Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure).
  1. Tujuan
    Adapun tujuan dari pengukuran JVP antara lain:
-          Mengetahui ada tidaknya distensi vena jugular (JVD)
-          Memperkirakan tekanan vena sentral (central venous pressure)
  1. Kompetensi dasar yang harus dimiliki
Bila denyut vena jugularis telah ditemukan, maka tentukan tinggi pulsasi di atas level atrial dan bentuk gelombang pulsasi vena jugularis. Karena tidak mungkin dapat melihat atrium kanan, maka dianggap sama dengan tinggi pulsasi vena jugularis di atas sudut manubriosternal. Tinggi sudut manubriosternal di atas mid-right atrium selalu konstan, walaupun pasien dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. JVP yang normal adalah kurang dari 4 cm di atas sudut manubriosternal.

  1. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi
A.    Indikasi
1.      Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi sangat penting diketahui.
2.      Pasien dengan distensi unilateral
3.      Pasien dengan trauma mayor
4.      Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes laboratorium
5.      Pasien yang diberi cairan IV sangat cepat;
6.      Gagal jantung kanan
7.      Cor plumonal
8.      Efusi perikardial atau tamponade
9.      Obstruksi vena kava superior
10.  Peningkatan pembuluh darah
B.     Kontraindikasi
1.      SVC sindrom
2.      Infeksi pada area inseri
3.      Koagulopati
4.      Insersi kawat pacemaker
5.      Disfungsi kontralateral diafragma
6.      Pembedahan leher
C.     Komplikasi yang mungkin terjadi
1.      Hematoma local
2.      Sepsis
3.      Disritmia
4.      Tamponade perikard
5.      Bakteriemia
6.      Emboli Udara
7.      Pneumotoraks



  1. Alat dan Bahan yang diperlukan
-          2 buah penggaris (skala sentimeter)
-          Senter

  1. Anatomi daerah
Vena Jugularis Interna karena terhubung langsung dengan vena cava superior dan atrium kanan.

  1. Aspek keamanan dan keselamatan yang perlu diperhatikan
-          Posisi pasien, nyaman atau belum
-          Memastikan leher dan thoraks telah terbuka
-          Menghindari hiperekstensi atau fleksi leher
-          Mengkaji tingkat kesadaran pasien
-          Memasang restrain

  1. Prosedur
-          Atur klien pada posisi supine dan rileks
-          Tempat tidur bagian kepala ditinggikan:
• 15° - 30° atau
• 30° - 45° atau
• 45° - 90° (pada klien yg mengalami peningkatan tekanan atrium kanan yang cukup bermakna)
-          Gunakan bantal untuk menopang kepala klien dan hindari fleksi leher yang tajam untuk memastikan bahwa vena tidak teregang atau keriting, pastikan bahwa leher dan toraks atas sudah terbuka
-          Kepala menengok menjauhi arah pemeriksa
-          Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau thorak bagian atas.
-          Gunakan lampu senter dari arah miring untuk melihat bayangan (shadows) vena jugularis. Identifikasi pulsasi vena jugular interna, jika tidak tampak gunakan vena jugular eksterna.
-          Tentukan titik tertinggi di mana pulsasi vena jugular interna/eksterna dapat dilihat (Meniscus).
-          Pakailah sudut sternum (sendi manubrium) sebagai tempat untuk mengukur tinggi pulsasi vena. Titik ini ± 4 – 5 cm di atas pusat dari atrium kanan.
-           Gunakan penggaris.
·         Penggaris ke-1 diletakan secara tegak (vertikal), dimana salah satu  ujungnya menempel pada sudut sternum.
·         Penggaris ke-2 diletakan mendatar (horizontal), dimana ujung yang satu tepat di titik tertinggi pulsasi vena (meniscus), sementara ujung lainnya ditempelkan pada penggaris ke-1. Angulus ludocivi (patokan jarak dari vena cava superior + 5 cm /selanjutnya disebut R cm). Bila permukaan titik kolaps vena jugularis berada 5cm di bawah bidang horizontal yang melalui angulus ludovici, maka tekanan vena jugularis (CVP) sama dengan R-5 cm H20, sedang bila titik kolapsnya berasa 2 cm diatas berarti CVP R + 2 cm H20 Bila hasil CVP kiri dan kanan berbeda, maka diambil CVP yang lebih rendah
-          Ukurlah jarak vertikal (tinggi) antara sudut sternum dan titik tertinggi pulsasi vena (meniscus)
-          Nilai normal: kurang dari 3 atau 4 cm diatas sudut sternum, pada posisi tempat tidur bagian kepala ditinggikan 30° - 45°
-          Catat hasilnya.
Menulis dan Membaca Hasil
Misal = 5+2
5: adalah jarak dari atrium ka ke sudut manubrium
+2: hasilnya—meniscus
  1. Hal-hal penting yang harus diperhatikan
1) Kebersihan diri perawat saat melakukan pengukuran
2) Privacy klien
3) Kenyamanan, keselatamatan dan keamanan pasien
4) Ketelitian dalam melakukan inpeksi dan pengukuran
5) Keruntutan prosedur dan tindakan

  1. Hal-hal penting yang harus didokumentasikan
1) Tingkat kesadaran klien
2) Pernapasan klien
3) Suhu klien
4) Penampakan fisik klien : dilihat keabnormalan yang terjadi, misal
    edema.
5) Bentuk, dan penampakan fisik vena jugularis
6) Hasil pengukuran :tekanan bilateral yang diperoleh

















BAB III
KESIMPULAN

A.    KEIMPULAN
Central Venous Pressure yang juga dikenal dengan singkatan CVP atau kita sebut sebagai Tekanan Vena Sentral, pada beberapa penanganan kasus sangat diperlukan untuk mendukung diagnosa, mengetahui kondisi pasien, serta monitoring resusitasi.
Tekanan vena sentral (Central venous pressure, CVP) adalah tekanan intravaskular didalam vena cava torakal. Tekanan vena sentral menggambarkan banyaknya darah yang kembali ke dalam jantung dan kemampuan jantung untuk memompa darah kedalam sistem arterial.
Indikasi pemasangan CVP adalah : Pemantauan Tekanan Vena Sentral pada pasien akut, jumlah total parenteral gizi,obat, dan akses perifer.


















DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22996/4/Chapter%20II.pdf Diakses Pada tanggal 22 Februari 2018 pada Pukul (20.00 wib)
http://www.scribd.com/doc/73341247/LP-CVP-prosedur  Diakses Pada tanggal 22 Februari 2018 pada Pukul (20.30 wib)
http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2010/06/hemodinamik-dan-central-venouse.html Diakses Pada tanggal 22 Februari 2018 pada Pukul (20.40 wib)
Klabunde, Richard E. 2007. Cardiovaskular physiology concept.
Scribd. 2008. Central venous pressure (CVP). 2010 dari http://www.scribd.com/doc/3438819/CENTRAL-VENOUSE-PRESSURE-CVP.  Diakses Pada tanggal 22 Februari 2018 pada Pukul (20.00 wib)
http://www.rnceus.com/hemo/cvp.htm Diakses Pada tanggal 22 Februari 2018 pada Pukul (20.00 wib)
Potter&Perry.2005.Fundamental Keperawatan:Konsep,Proses, dan Praktik Vol.1.(Ed. ke-4).Jakarta:EGC.
Rokhaeni H. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat RS Jantung Harapan Kita Altman: Nursing Skills.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar