KALIMAT
EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa
proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh
pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud
yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran
pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relative sama
dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif
sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Kalimat efektif itu memiliki ciri
yaitu :
1 Koherensi
(keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya
keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah
ini.
(1a) Kami pun akhirnya
saling memaafkan.
(1b) Saya pun akhirnya
saling memaafkan.
(2a) Mereka
berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b) Dia berbondong-bondong
manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan (2a) di atas merupakan contoh kalimat yang
memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan kalimat (1b) dan (2b) tidak.
Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya pada (1b) sebagai subjek
predikat verba saling memaafkan tidaklah tepat. Predikat verba
itu memerlukan kata ganti orang yang jamak. Sementara itu, pada kalimat (2b)
terlihat pada penggunaan kata ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong.
Predikat verba itu memiliki cirii (semantis) dengan subjek jamak.
2 Kesejajaran
Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan
kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur kalusa,
sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan informasi yang
diungkapkan.
2.1 Kesejajaran
Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur
dalam kalimat. Kesejajaran unsur-unsur kalimat itu akan memudahkan pemahaman
pengungkapan pikiran. Perhatikan contoh kalimat berikut.
(3a) Lokasi perumahan
telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b) Lokasi perumahan
telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat (3a) memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa,
keduanya merupakan kalusa bentuk pasif. Sementara itu pada kalimat (3b)
ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada ketitidak sejajaran bentuk kalusa
pasif (dipilih) dan bentuk kalusa aktif (menyetujui). Agar
terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah menjadi klausa pasif. Jika bentuk
kalusa pertama pasif, bentuk klausa berikutnya pasif pula (3a). sebaliknya,
jika bentuk kalusa pertama aktif, bentuk kalusa berikutnya aktif juga. Dengan
demikian kalimat (3b) dapat di perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c) Pemimpin unit
telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk juga perlu diperhatikan dalam kalimat
yang mengandung perincian. Perhatikan comtoh berikut/
(4) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) pertemuan
dengan orang yang akan diwawancarai,
(b) utarakan
maksud wawancara, dan
(c) mengatur
waktu wawancara.
Ketidaksejajaran kalimat (4) terlihat dalam penggunaan
bentuk kata pada awal rincian. Dalam rincian yang pertama digunakan bentuk kata pertemuan (nomina);
dalam perincian kedua digunakan bentuk kata utarakan (verba);
dalam perincian keiga digunakan bentuk kata mengatur(verba). Agar
sejajar, kalimat (4) di perbaiki menjadi seperti berikut.
(4a) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) mengatur
pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
(b)
mengutarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur
waktu wawancara.
2.2 Kesejajaran
Makna
Kesejajaran makna kalimat akan terlihat melalui penataan
gagasan yang cermat. Perhatikan contoh berikut ini .
(5) Saya tidak
memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti itu sering terealisasi menjadi pernyataan
negative (tidak memperhatikan ) digabungkan dengan pernyataan
positif (mempunyai kepentingan). Akibatnya, makna kalimat (5) tidak
jelas. Seharusnya, pernyataan negative di gabungkan dengan pernyataan negative
pula atau sebaliknya. Dengan demikian, kalmat (5) dapat diubah sebagai berikut.
(5a) Saya tidak memperhatikan dan
mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
(5b) Saya memperhatikan dan
mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
3 Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap
bagian kalimat tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara
lain melalui pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh
berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya
tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7) Sangat
memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara beringas mereka
menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang
difokuskan atau ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah
subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat,
yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah
keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu
tidak ada menonjol lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak
berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7a) Keadaan perekonomian
Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
(8a) Mereka menyerbu
pertokoan itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian
yang difokuskan atau ditekankan, seperti contoh berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin
menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai
membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada
kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena
berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat
saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan
(10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat
menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai bergaul, berbicara,
dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
4 Penghematan
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara
hemat. Penghematan penggunaan kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a)
Tidak mengulang subyek yang sama, (b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan
(c) Menggunakan kata secara hemat.
4.1 Penghilangan
Subjek Berulang
Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam
kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini
subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara subjek kalimat pertama sama
dengan subjek kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat majemuk
bertingkat subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan
kalimat dibawah ini.
(11) Dia masuk ke
ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu dia asyik
membaca novel.
(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan itu,
kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik membaca novel.
Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar
dengan subjek yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga
kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak
perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di
Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak bertempat tinggal di
Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.
Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk
kalimat. Karena subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan
sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek
di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat
karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti
pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor,
mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) * Mempunyai lebih banyak waktu
luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
4.2 Penghilangan
Bentuk Ganda
Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan
pemakaian bentuk ganda yang dapat digolongkan sebagai bentuk ganda atau
bersinonim seperti contoh berikut.
adalah
merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti
dan fungsi yang hampir sama di dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu,
penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama, terutama dalam bahasa
tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan untuk orang miskin itu
adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud
kepedulian social masyarakat yang mampu.
(13b) Bantuan
untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu
digalakkan agar supaya tidak terjadi banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar
tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan
supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu
sangat baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
(16) Persoalan yang dibicarakannya amat sangat
penting.
(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka
rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban
apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban
apa saja.
(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka
hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari
segi makna dan kerapihan struktur kalimat, contoh (13)- - (18) itu tidak
memperlihatkan adanya masalah kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan
kata, pemakaian bentuk ganda itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang
disarankan untuk digunakan adalah contoh (13a) - - (18a) dan (13b) - -
(18b).
4.3 Penghematan
Penggunaan Kata
Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau
tunggal secara tata bahasa. Katakaryawan,peserta, atau anak,
misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu sangat
bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan makna jamak, antara
lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau penambahan kata yang menyatakan
makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala.
Kedua cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama.
Perhatikan contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa
rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a) Beberapa rumah di bantaran kali
itu akan segera ditertibkan.
(19b) Rumah-rumah di bantaran kali itu
akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan
harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a) Karyawan harus menaati segala
ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b) Karyawan harus menaati
ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
5 Variasi
Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat
karena variasi itu akan memberikan efek yang berbeda. Pemfokusan dengan
mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti yang telah dibicarakan pada
bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat. Namun,
variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai
komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan
kalimat berklimaks.
5.1 Kalimat
Berimbang
Yang dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang
mengandung beberapa informasi yang kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama
penting. Contohnya adalah sebagai berikut.
(21) Fajar
telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri mereka bekerja di rumah.
Kalimat (21) dan (22) masing-masing mengandung dua
informasi. Informasi pertama pada kalimat (21) adalah ‘fajar telah
menyingsing’ dan informasi kedua adalah ‘burung-burung pun mulai
berkicau.’ Kedua informasi itu mempunyai derajat yang sama. Agar kedua informasi
itu sederajat, dipilih jenis kalimat majemuk setara, bukan majemuk, bertingkat.
Begitu pula kalimat (22), kalimat itu juga mengandung dua informasi yang
sama-sama penting. Informasi pertama adalah ‘semua orang laki-laki
bekerja di sawah’ dan informasi kedua adalah ‘para istri mereka
bekerja di rumah.’ Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat majemuk setara.
Bedanya adalah bahwa kalimat (21) berupa kalimat majemuk setara penjumlahan,
sedangkan kalimat (22) merupakan kalimat majemuk setara pertentangan.
5.2 Kalimat
Melepas
Kalimatmelepas berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat
berimbang mengandung informasi yang setara, sedangkan kalimat melepas
mengandung informasi yang tidak setara. Di dalam kalimat melepas terdapat
informasi utama dan informasi tambahan. Informasi utamanya diletakkan pada
bagian awal kalimat dan informasi tambahan diletakkan pada posisi berikutnya
sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas begitu saja. Karena derajat
informasinya tidak sama, jenis kalimat yang digunakan bukan kalimat majemuk
setara, melainkan kalimat majemuk bertingkat. Agar penjelasan ini lebih mudah
dipahami, kalimat berimbang (21) dan (22) di atas, diubah menjadi kalimat
melepas seperti berikut.
(23) Fajar
telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang bekerja di
rumah.
Dengan mengubah kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi
yang terkandung di dalamnya mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan derajat
informasi itu dipisahkan oleh kata penghubung saat dan tatkala.
Informasi pada bagian awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah
informasi utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan informasi berikutnya,
yaitu sesudah kata penghubung, adalah informasi tambahan yang derajatnya lebih
rendah. Bagian kalimat yang memuat informasi utama itu adalah anak kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3 Kalimat
Berklimaks
Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada
kalimat melepas informasi utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada
kalimat berklimaks informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi kalimat
berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat burung-burung mulai berkicau, fajar
menyingsing.
(24a) Ketika para istri mereka bekerja
di dapur, semua orang laki-laki bekerja di sawah.
6 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah
dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan
unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk mempersingkat waktu,
kami teruskan acara ini. (salah)
(25b) Untuk menghemat waktu, kami
teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat lelaki tua yang
ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki
tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
(benar)
7 Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran
ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa perguruan tinggi
yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal
itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu
menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia menerima uang sebanyak
tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu
rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lembar
lima ribu rupiah. (benar)
KALIMAT
EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa
proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh
pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud
yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran
pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relative sama
dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif
sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Kalimat efektif itu memiliki ciri yaitu
:
1 Koherensi
(keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya
keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah
ini.
(1a) Kami pun akhirnya
saling memaafkan.
(1b) Saya pun akhirnya saling
memaafkan.
(2a) Mereka
berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b) Dia berbondong-bondong
manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan (2a) di atas merupakan contoh kalimat yang
memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan kalimat (1b) dan (2b) tidak.
Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya pada (1b) sebagai subjek
predikat verba saling memaafkan tidaklah tepat. Predikat verba
itu memerlukan kata ganti orang yang jamak. Sementara itu, pada kalimat (2b)
terlihat pada penggunaan kata ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong.
Predikat verba itu memiliki cirii (semantis) dengan subjek jamak.
2 Kesejajaran
Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan
kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur kalusa,
sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan informasi yang
diungkapkan.
2.1 Kesejajaran
Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur
dalam kalimat. Kesejajaran unsur-unsur kalimat itu akan memudahkan pemahaman
pengungkapan pikiran. Perhatikan contoh kalimat berikut.
(3a) Lokasi perumahan
telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b) Lokasi perumahan
telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat (3a) memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa,
keduanya merupakan kalusa bentuk pasif. Sementara itu pada kalimat (3b)
ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada ketitidak sejajaran bentuk kalusa
pasif (dipilih) dan bentuk kalusa aktif (menyetujui). Agar
terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah menjadi klausa pasif. Jika bentuk
kalusa pertama pasif, bentuk klausa berikutnya pasif pula (3a). sebaliknya,
jika bentuk kalusa pertama aktif, bentuk kalusa berikutnya aktif juga. Dengan
demikian kalimat (3b) dapat di perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c) Pemimpin unit
telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk juga perlu diperhatikan dalam kalimat
yang mengandung perincian. Perhatikan comtoh berikut/
(4) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) pertemuan
dengan orang yang akan diwawancarai,
(b) utarakan
maksud wawancara, dan
(c) mengatur
waktu wawancara.
Ketidaksejajaran kalimat (4) terlihat dalam penggunaan
bentuk kata pada awal rincian. Dalam rincian yang pertama digunakan bentuk
kata pertemuan (nomina); dalam perincian kedua digunakan
bentuk kata utarakan (verba); dalam perincian keiga digunakan
bentuk kata mengatur(verba). Agar sejajar, kalimat (4) di perbaiki
menjadi seperti berikut.
(4a) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) mengatur
pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
(b)
mengutarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur
waktu wawancara.
2.2 Kesejajaran
Makna
Kesejajaran makna kalimat akan terlihat melalui penataan
gagasan yang cermat. Perhatikan contoh berikut ini .
(5) Saya tidak
memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti itu sering terealisasi menjadi pernyataan
negative (tidak memperhatikan ) digabungkan dengan pernyataan
positif (mempunyai kepentingan). Akibatnya, makna kalimat (5) tidak
jelas. Seharusnya, pernyataan negative di gabungkan dengan pernyataan negative
pula atau sebaliknya. Dengan demikian, kalmat (5) dapat diubah sebagai berikut.
(5a) Saya tidak memperhatikan dan
mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
(5b) Saya memperhatikan dan
mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
3 Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian
terhadap bagian kalimat tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai
cara, antara lain melalui pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh
berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya
tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7) Sangat
memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara beringas mereka
menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang
difokuskan atau ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah
subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat,
yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah
keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu
tidak ada menonjol lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak
berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7a) Keadaan perekonomian
Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
(8a) Mereka menyerbu
pertokoan itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian
yang difokuskan atau ditekankan, seperti contoh berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin
menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai
membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada
kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena
berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat
saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan
(10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat
menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai bergaul, berbicara,
dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
4 Penghematan
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara
hemat. Penghematan penggunaan kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a)
Tidak mengulang subyek yang sama, (b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan
(c) Menggunakan kata secara hemat.
4.1 Penghilangan
Subjek Berulang
Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam
kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini
subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara subjek kalimat pertama sama
dengan subjek kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat majemuk
bertingkat subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat
dibawah ini.
(11) Dia masuk ke
ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu dia asyik
membaca novel.
(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan itu,
kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik membaca novel.
Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar
dengan subjek yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga
kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak
perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di
Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak bertempat tinggal di
Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.
Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk
kalimat. Karena subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan
sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek
di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat
karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti
pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor,
mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) * Mempunyai lebih banyak waktu
luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
4.2 Penghilangan
Bentuk Ganda
Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan
pemakaian bentuk ganda yang dapat digolongkan sebagai bentuk ganda atau
bersinonim seperti contoh berikut.
adalah
merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti
dan fungsi yang hampir sama di dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu,
penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama, terutama dalam bahasa
tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan untuk orang miskin itu
adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud
kepedulian social masyarakat yang mampu.
(13b) Bantuan
untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu
digalakkan agar supaya tidak terjadi banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar
tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan
supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu
sangat baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
(16) Persoalan yang dibicarakannya amat sangat
penting.
(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka
rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban
apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban
apa saja.
(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka
hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari
segi makna dan kerapihan struktur kalimat, contoh (13)- - (18) itu tidak
memperlihatkan adanya masalah kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan
kata, pemakaian bentuk ganda itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang
disarankan untuk digunakan adalah contoh (13a) - - (18a) dan (13b) - -
(18b).
4.3 Penghematan
Penggunaan Kata
Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau
tunggal secara tata bahasa. Katakaryawan,peserta, atau anak,
misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu sangat
bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan makna jamak, antara
lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau penambahan kata yang menyatakan
makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala.
Kedua cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama.
Perhatikan contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa
rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a) Beberapa rumah di bantaran kali
itu akan segera ditertibkan.
(19b) Rumah-rumah di bantaran kali itu
akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan
harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a) Karyawan harus menaati segala
ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b) Karyawan harus menaati
ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
5 Variasi
Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat
karena variasi itu akan memberikan efek yang berbeda. Pemfokusan dengan
mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti yang telah dibicarakan pada
bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat. Namun,
variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai
komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan
kalimat berklimaks.
5.1 Kalimat
Berimbang
Yang dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang
mengandung beberapa informasi yang kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama
penting. Contohnya adalah sebagai berikut.
(21) Fajar
telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri mereka bekerja di rumah.
Kalimat (21) dan (22) masing-masing mengandung dua
informasi. Informasi pertama pada kalimat (21) adalah ‘fajar telah
menyingsing’ dan informasi kedua adalah ‘burung-burung pun mulai
berkicau.’ Kedua informasi itu mempunyai derajat yang sama. Agar kedua
informasi itu sederajat, dipilih jenis kalimat majemuk setara, bukan majemuk,
bertingkat. Begitu pula kalimat (22), kalimat itu juga mengandung dua informasi
yang sama-sama penting. Informasi pertama adalah ‘semua orang laki-laki
bekerja di sawah’ dan informasi kedua adalah ‘para istri mereka
bekerja di rumah.’ Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat majemuk setara.
Bedanya adalah bahwa kalimat (21) berupa kalimat majemuk setara penjumlahan,
sedangkan kalimat (22) merupakan kalimat majemuk setara pertentangan.
5.2 Kalimat
Melepas
Kalimatmelepas berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat
berimbang mengandung informasi yang setara, sedangkan kalimat melepas mengandung
informasi yang tidak setara. Di dalam kalimat melepas terdapat informasi utama
dan informasi tambahan. Informasi utamanya diletakkan pada bagian awal kalimat
dan informasi tambahan diletakkan pada posisi berikutnya sehingga seakan-akan
informasi tambahan itu dilepas begitu saja. Karena derajat informasinya tidak
sama, jenis kalimat yang digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan
kalimat majemuk bertingkat. Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat
berimbang (21) dan (22) di atas, diubah menjadi kalimat melepas seperti
berikut.
(23) Fajar
telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang bekerja di
rumah.
Dengan mengubah kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi
yang terkandung di dalamnya mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan derajat
informasi itu dipisahkan oleh kata penghubung saat dan tatkala.
Informasi pada bagian awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah
informasi utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan informasi berikutnya,
yaitu sesudah kata penghubung, adalah informasi tambahan yang derajatnya lebih
rendah. Bagian kalimat yang memuat informasi utama itu adalah anak kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3 Kalimat
Berklimaks
Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada
kalimat melepas informasi utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada
kalimat berklimaks informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi kalimat
berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat burung-burung mulai berkicau, fajar
menyingsing.
(24a) Ketika para istri mereka bekerja
di dapur, semua orang laki-laki bekerja di sawah.
6 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah
dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan
unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk mempersingkat waktu,
kami teruskan acara ini. (salah)
(25b) Untuk menghemat waktu, kami
teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat lelaki tua yang
ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki
tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
(benar)
7 Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran
ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa perguruan tinggi
yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal
itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu
menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia menerima uang sebanyak
tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu
rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lembar lima
ribu rupiah. (benar)
Kalimat di katakakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan,gagasan,perasaan maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik,yaitu strukturnya benar,pilihan katanya tepat,hubungan antarbagiannya logis,dan ejaanya pun harus benar.
Dalam hal ini hendaknya di pahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh.kalimat yang di pandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu di pandang efektif jika di pakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang di ucapkan kepada tukang becak,” berapa, bang, ke pasar rebo?”kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap.”Berapa saya harus membayar, bang, bila saya menumpang becak abang ke pasar rebo?”
Yang perlu di perhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay,artikel,ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya di sadari bahwa susunan kata yangtidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna,dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.
Konsep kalimat efektif di kenal dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang di sampaikan dan di terima itu mungkin berupa ide, gagasan, pesan, pengertian dan informasi. Kalimat di katakana efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung denagan sempurna.
A. Unsur-Unsur kalimat
Dilihat dari sudut unsur struktur, kalimat terdiri dari unsur yakni berupa kata. Unsur itulah yang bersama-sama dan menurut system tertentu membangun struktur itu.
1. Subyek
Subyek adalah unsur yang di perkatakan dalam kalimat.
Contoh :
Aku adalah seorang artis.
2. Prediket
Kata yang dalam sebuah kalmat berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subyek itu di sebut prediket.
Contoh:
Aku sebetulnya seoarang artis
3. Pelengkap
Sering kali prediket sebuah kalimat harus di lengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Unsur pelengakap biasanya berada di belakang prediket.
Contoh:
Aku tidak menyukai pekerjaan itu.
4. Kata Perangkai
Unsur ini berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur prediket, atau dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Contoh:
Kegemaranku ialah menulis dan melukis.
5. Kata Penghubung
Kata penghubung berfungsi menghubungkan dua buah informasi di dalam satu kalimat.
Contoh:
Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan besar darinya.
6. Frase
Merupakan sebuah kelompok kata dan seringkali berfungsi sebagai keterangan prediket untuk keperluan-keperluan tertentu. Misalnya, keterangan waktu,tempat, sebab dan lain sebagainya.
Contoh:
Rapat akan di lakukan lagi sehabis makan siang.
B. Kalimat Dengan Beberapa Pola Kesalahan
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan sertaperbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif:
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya.
a. Sejak dari usia delapan tahun ia telah di tinggal kan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah di tinggalkan ayahnya.)
b. Hal itu di sebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal ini di sebabkan perilakunya sendiri yang kurang
menyenangkan.)
c. Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
2. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku:
a. Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
b. Gereja itu di lola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu di kelola oleh para rohaniawan secara professional.)
3. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ yang tidak tepat
a. Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik)
b. Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempatorang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih).
4. Pilihan kata yang tidak tepat.
a. Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri
untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
5. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
a. Sopir bus santoso yang masuk jurang melarikan diri.
(Bus santoso masuk jurang,sopirnya melarikan diri.)
6. Pengulangan kata yang tidak perlu:
a. Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku)
C. Membuat kalimat efektif
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu.
Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu.
Contohnya:
- Banyak tombol-tombol yang dapat anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat anda gunakan.
2. Kontaminasi
Contoh:
- Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat ini seharusnya: Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh:
– Saya mengetahui kalau ia kecewa
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa
4. Salah Nalar
- Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola idak masuk gawang
5. Kata depan yang tidak perlu
Contoh:
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Seharusnya: Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
C. Ciri-ciri kalimat efektif
1. Kesatuan Gagasan
Memiliki subyek, prediket, serta unsur lain (O\K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yangdapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak di dukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsure itu merupakan keterangan di tanda oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus di hilangkan).
2. Kesejajaran
Penggunaan bentukan kata atau frasa berimbuhan yang memiliki kesamaan (kesejajaran) baik dalamfungsi maupun bentuknya.
Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di-pula.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara prediket-prediketnya. Yang satu menggunakan prediket aktif,yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan prediket pasif,yakni imbuhan di-. Kalimat itu harus di ubah.
a. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
b. Anak itu di tolong kakak dengan di papahnya ke pinggir jalan
3. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata-kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat di sukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu.
Dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga.
Seharusnya : Mawar, aynelir, dan melati sangat di sukainya
4. Penekanan
Kalimat yang penting harus di beri penekanan.
Caranya:
a. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan
bagian yang penting di depan kalimat.
- Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
- Pada kesempatan lain,kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
b. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
- Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam hal ini.
- Kami pun turut dalam kegiatan itu.
- Bisakah dia menyelesaikannya?
c. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh:
Dalam membina hubungan antar suami istri, antar guru dan murid, antara tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat,di perlukan adanya komunikasi dan sikap saling percaya memahami antara satu dan lainnya.
5. Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah di pahami. Dalam hubungan ini unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis / masuk akal.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilakan.
Kalimat ini tidak logis / masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat di persilakan.kalimat tersebut harus di ubah.
Jadi, proses mamindahkan sesuatu mungkin dapat di beri nama secara lebih tepat dengan memilih salah satu di antara kata-kata di atas. Kalau obyeknya sebuah bola, terjadi dalam sebuah bola, itu namanya mengarak, bukan membawa atau melarikan.
a. Hindarkan kata yang klise
Kata klise adalah kata yang kadang-kadang agak sukar di mengeti sehingga sering menimbulkan problem. Peranan kata klise ini besar untuk membuat kalimat kurang efektif, kecuali agaknya pada tempat yang sunggu-sungguh istimewa dan dengan cara yang istimewa pula.
Contoh : Bapak kok gembira sekali, penaka baru terima gaji saja. Dalam hal ini, pembaca akan merasa lebih akrab bila kata penaka.
b. Konotasi dan Denotasi
Kata yang bersifat Denotasi lebih bersifat rasional dan konatasi lebih bersifat emosional. Kata setan, iblis, malaikat, bisa mempunyai arti denotative dan bisa pula konotatif,tergantung pada ada tidaknya unsur emosi dan sikap tertentu yang diberikan pada kata itu.
c. Kata yang tidak familier
Kata yang tidak familier itu pada umumnya adalah istilah asing atau kata yang berasal dari daerah. Pemakaian kata yang familier di kalangan umum, besar pengaruhnya terhadap tenaga sebuah kalimat.lebih-lebih kalau jumlahnya banyak. Tenaga kalimat bisa lemah karenanya. Kaya itu bisa membuat pembaca bosan,terutama kalimat itu menjadi kabur akibat kata tersebut.
D. Pola Yang Efektif
Pola yang efektif sebenarnya tidak ada. Yang ada cara ialah cara yang efektif dalam mengisi pola itu, guna merangkai maksud yang jelas.Dan cara yang efektif itu akan melahirkan kalimat yang efektif pula.
Unsur-unsurnya :
1. Paralelisme
Dalam kalimat yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsure yang setara dalam konstruksi yang sama. Konstruksi yang selarian dan sejalan itu biasanya menempatkan diri dalam hal-hal berikut: sama-sama berbentuk kata kerja, sama-sama berbentuk kata benda.kalau berawalan me sama-sama berawalan me.
Contoh:
Yang di lakukannya selama ini di kampong hanya mengurus pusaka,menyudahkan sawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan nenek.
2. Repetisi
Kekuatan sebuah kalimat dapat pula di bangkitkan dengan mengulang sebuah kata yang di anggap penting dalam bagian kalimat.
Contohnya:
Mengarang sebuah buku agama berbeda syaratnya dengan mengarang buku cerita fiksi, sedang mengarang untuk surat kabar berlainan ketentuannyadengan mengarang syair.
3. Inversi
Seringkali kalimat efektif dapat di ysahakan dengan membalikkan pola dasarnya. Kalau struktur biasa punya urutan subyek + prediket, maka dalam bentuk inverse jadi terbalik: prediket+subyek. Inversi termasuk sejenis gaya kalimat. Tujuanya sepeti juga tujuan gayakalimat yang lain ialah untuk memberikan efek yang lebih besar. Terjadinya bentuk inversi boleh jadi karena ingin memberi variasi, agar kalimat tidak terlalu menoton.
Contoh:
Besar rumah itu
Roni terkilir kakinya waktu bermain bola.
4. Posisi Frase dan Klausa
Posisi sebuah frase maupun klusa ada kalanya mempengaruhi sebuah kalimat. Sebuah frase atau klausa tang di taruh belakang sebuah kalimat, pengaruhnya akan lain daripada menaruhnya di bagian depan.
Contoh:
Harta bendanya di sita lantaran utangnya banyak di bank.
Lantaran uatangnya banyak di bank, harta bendanya di situ.
E. Kalimat Bervariasi
Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea, kalimat yang bervariasi itu merupakan “ santapan” yang menarik. Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja karena memahiminya mudah, tetapi karena sifatnya yang menyenangkan.
Jadi, variasi itu sangat penting. Bukan saja dalam kalimatkarya tulis, tapi juga dalam kehidupan pada umumnya; variasilah yang membuat segala sesuatunya terasa indah dan nikamat.
1. Variasi dalam cara memulai
Kalimat pada umumnya dapat di mulai dengan: subyek, prediket, sebuah kata modalitas, sebuah frase, sebuah klausa dan penekanan yang efektif. Penulis yang berpengalaman, pintar sekali menggunakan kalimat-kalimatnya bervariasi. Mereka bukan hanya berisi kalimat yang di mulai dengan subyek atau kata modalitas, prediket, dan sebagainya, akan tetapi mereka beri bervariasi.
2. Variasi dalam panjang-pendek kalimat.
Variasi kalimat bisa pula di usahakan dengan sekaligus mempekerjakan kalimat pendek dan kalimat yang agak panjan. Di sini kalimat singkat dan kalimat panjang mempunyai nilai tersendiri. Kedua jenis ukuran kalimat itu mesti bekerja sama. Lagi pula baik kalimat singkat maupun kalimat panjang punya fungsi tertentu dalam alinea.
3. Variasi dalam Struktur kalimat
Adanya berbagai struktur kalimat dalam sebuah alinea juga besar artinya di lihat dari sudut variasi. Alinea yang demikian biasanya lebih menyenangkan, tidak seperti membaca alinea yang struktur kalimatnya sama semua. Karangan yang efektif mencerminkan keragaman struktur kalimat.
4. Variasi dalam jenis kalimat
Dengan menggunakan berbagai jenis kalimat, anda juga dapat menghasilkan variasi. Itulah sebabnya mengapa penulis yang berpengalaman tidak menggunakan satu jenis kalimat saja dalam karangan mereka.
Patut di ketahui bahwa berdasarkan fungsinya, Ahli-ahli tata bahasa membedakan kalimat atas empat jenis. Pertama, kalimat yang berfungsi memberitahukan sesuatu, di sebut kalimat berita. Kedua, kalimat yang fungsinya menyatakan kehendak, harapan,dan sebagainya, di sebut kalimat pinta. Ketiga ,kalimat yang menyatakan pertanyaan, di namakan kalimat Tanya. Keempat, kalimat yang menyatakan perasaan yang kuat, bernama kalimat seru.
http://massofa.wordpress.com/2010/12/18/tentang-kalimat-efektif/ 8.2
1 / 67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar